watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
memek cewek kolomerat

Aku sedang menyantap makan siang di sebuah cafe
yang terletak di lantai dasar gedung kantorku. Hari
itu aku ditemani Pak Erwan, manajer IT
perusahaanku dan Lia, sekretarisku. Biasanya aku
makan siang hanya dengan Lia, sekretarisku, untuk
kemudian dilanjutkan dengan acara bobo siang
sejenak sebelum kembali lagi ke kantor. Tetapi hari
itu sebelum aku pergi, Pak Erwan ingin bertemu
untuk membicarakan proyek komputerisasi,
sehingga aku ajak saja dia untuk bergabung
menemaniku makan siang.
Aku dan Pak Erwan berbincang-bincang mengenai
proyek implementasi software dan juga tambahan
hardware yang diperlukan. Memang perusahaanku
sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang
sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan
yang terus berkembang. Sedangkan Lia sibuk
mencatat pembicaraan kita berdua.
Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yang
kupesan, tiba-tiba HPku berbunyi. Kulihat caller
idnya.. Dari Santi.
"Hallo Pak Robert. Kapan nih kesini lagi" suara
merdu terdengar diseberang sana.
"Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya
sedang makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya"
jawabku.
"He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak"
Santi menggoda.
"Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya"
kataku sambil menutup pembicaraan.
"Dari klien" kataku.
Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Santi
tercium oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Arief,
suami Santi, adalah manajer keuangan di kantorku.
Kebetulan Pak Arief ini sedang aku kirim training ke
Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati
istrinya.
Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Lia
bahwa aku akan langsung menuju tempat klienku.
Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak diganggu
kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah..
Mereka kembali ke lantai atas untuk bekerja,
sedangkan aku langsung menuju tempat parkir
untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..
Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah
aku di rumah Santi. Hari sudah menjelang sore.
Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan
tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik
kesayanganku, dan memencet bel rumahnya. Santi
sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum
gembira melihat kedatanganku.
"Aih.. Pak Robert kok lama sih" katanya.
"Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh..
Mungkin di peta juga nggak ada" candaku.
"Bisa aja Pak Robert.." jawab Santi sambil tertawa
kecil.
Dia tampak cantik dengan baju "you can see" nya
yang memperlihatkan lengannya yang mulus. Buah
dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya.
Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas
dan hisap sementara suaminya aku "asingkan" di
negeri tetangga.
Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung
duduk di sofa ruang keluarganya. Santi
menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan
dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu
setelah lelah terjebak macet tadi. Dahagakupun
langsung hilang, tetapi setelah melihat Santi yang
cantik, dahagaku yang lainpun muncul. Aku masih
bernafsu melihat Santi, meskipun telah lima hari
berturut-turut aku setubuhi dia.
Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus
pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia
menahanku.
"Pak.. Santi ada hadiah nih untuk bapak"
"Apaan nih?" jawabku senang.
"Ini ada teman Santi yang mau kenal sama bapak.
Orangnya cantik banget."
Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan
seorang wanita, Susan, saat dia sedang berolahraga
di gym. Setelah mulai akrab, merekapun bercerita
mengenai kehidupan seks mereka. Singkat cerita,
Susan menawarkan untuk berpesta seks sambil
bertukar pasangan di rumah mereka.
"Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah
lihat yang sebesar punya Pak Robert" kata Santi
sambil meraba-raba kemaluanku.
"Saya sih OK saja" jawabku riang.
"Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Robert suamiku"
kata Santi sambil pamit untuk menelpon kenalan
barunya itu.
Aku dan Santi kemudian meluncur menuju rumah
Susan di kawasan Kemang. Untung jalanan Jakarta
sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di
rumahnya yang luas. Seorang satpam tampak
membukakan pintu garasi. Santipun menjelaskan
kalau kami sudah ada janji dengan majikannya.
Susan menyambut kami dengan ramah.
"Ini perkenalkan suami saya"
Seorang laki-laki paruh baya dengan kepala agak
botak memperkenalkan diri. Namanya Harry,
seorang pengusaha properti yang sukses. Santipun
memperkenalkan diriku pada mereka.
Aku kagum pada rumah mereka yang sangat luas.
Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi
lukisan-lukisan pelukis terkenal yang tergantung di
dinding. Bayangkan saja betapa kayanya mereka,
karena orang sekelas aku saja kagum melihat
rumahnya yang sangat wah itu.
Tetapi aku lebih kagum melihat Susan. Wanita ini
memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih
dan mulus sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi
nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir.
Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dengan
buah dada yang besar dan bentuk tubuh yang
padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film
panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya
itu.
Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun
bercerita basa-basi ngalor ngidul sambil menikmati
hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam
itu, Santi pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia
mengajakku untuk mengikuti dia.
"Pak, habis ini pulang aja yuk" kata Santi berbisik
perlahan setelah keluar dari ruang makan.
"Kenapa?" tanyaku.
"Habisnya Santi nggak nafsu lihat Pak Harry itu.
Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi".
Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja
tidak menyetujui permintaan Santi. Aku sudah ingin
menikmati istri Pak Harry yang cantik sekali seperti
boneka itu. Kupaksa saja Santi untuk kembali ke
ruang makan.
Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil
nonton video porno untuk membangkitkan gairah
kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil
datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi
mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV
home theater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan
gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping.
Kulihat tampak Susan melotot memarahi
pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu
tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali.
Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak
Pak Harry mulai mengerayangi tubuh Santi di sofa
seberang. Sedangkan Santi tampak ogah-ogahan
melayaninya.
"Sebentar Pak.. Santi mau lihat filmnya dulu"
Aku tersenyum mendengar alasan Santi ini.
Sementara itu Susan minta ijin ke dapur sebentar.
Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV.
Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yang
seperti ini, mengingat tubuh Susan sudah sangat
mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa
ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke
belakang.
Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk
kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Susan
sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil
pembantunya tadi.
"Ampun non.. Sri nggak sengaja" si gadis kecil
memohon belas kasihan pada majikannya, Susan
yang cantik itu.
"Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu
bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji
kamu tahu!!" bentak Susan.
"Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu.."
Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak.
Sementara wajah Susan menampakkan kepuasan
setelah mendamprat pembantunya habis-habisan.
Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat
menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi
pemarah. Melihat adegan itu, aku kasihan juga
melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah
mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul
melihat Susan yang sepertinya lemah lembut dapat
bersikap galak seperti itu.
"Dasar bedinde.. Verveillen!!" Susan masih terus
berkacak pinggang memaki-maki pembantunya.
Dengan tubuh yang putih bersih dan tinggi, kontras
sekali melihat Susan berdiri di depan pembantunya
yang kecil dan hitam.
"Ampun non.. Nggak akan lagi non.."
"Oh Pak Robert.." kata Susan ketika sadar aku
berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari
pinggangnya dan beranjak ke arahku.
"Sedang sibuk ya?" godaku.
"Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu"
jawabnya sambil tersenyum manis.
"Yuk kita kembali" lanjutnya.
Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Santi
masih menonton adegan di layar sementara Pak
Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Susanpun
langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku
melakukan "french kiss" dan Susanpun menyambut
penuh gairah.
Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil tanganku
meremas buah dadanya yang membusung padat.
Susanpun melenguh kenikmatan. Tangannya
meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian
jongkok di depanku yang masih duduk di sofa,
sambil membuka celanaku. Celana dalamku
dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda.
Kemudian disibakkannya celana dalamku ke
samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.
"Oh..my god.. Bener kata Santi.. Very big.. I like it.."
katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.
Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga
kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang
sedikitpun di depan wajahnya. Dielus-elusnya
seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan
tangannya yang halus. Tingkah lakunya seperti anak
kecil yang baru mendapat mainan baru.
Kemaluankupun mulai dihisap mulut Susan dengan
rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku,
Susan mengerang,emmhh.. emhh, seperti
seseorang yang sedang memakan sesuatu yang
sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yang hitam
dan diikat ke belakang itu.
Sambil menikmati permainan oral Susan, kulihat
suaminya sedang mendapat handjob dari Santi.
Tampak Santi mengocok kemaluan Pak Harry
dengan cepat, dan tak lama terdengar erangan
nikmat Pak Harry saat dia mencapai orgasmenya.
Santipun kemudian meninggalkan Pak Harry,
mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan
tangannya.
Sementara itu Susan masih dengan bernafsu
menikmati kemaluanku yang besar. Memang kalau
kubandingkan dengan kemaluan suaminya,
ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia
mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Harry
sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yang
buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati
kemaluanku.
Tak lama Santipun kembali muncul di ruang itu, dan
menghampiriku. Susan masih berjongkok di
depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang
kemaluanku. Santi duduk di sampingku dan mulai
menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting
dadakupun dihisapnya. Nikmat sekali rasanya
dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini.
Seorang di atas yang lainnya di bawah. Sementara
Pak Harry tampak menikmati pemandangan ini
sambil berusaha membangkitkan kembali
senjatanya yang sudah loyo.
Kuangkat baju Santi dan juga BHnya, sehingga buah
dadanya menantang di depan wajahku. Langsung
kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku
yang satu meremas buah dadanya yang lain.
Sementara Susan masih mengulum dan menjilati
kemaluanku.
Setelah puas bermain dengan kemaluanku, Susan
kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan
pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak
tingginya saja yang masih melekat di tubuhnya.
Buah dadanya besar dan padat menjulang, dengan
puting yang kecil berwarna merah muda. Aku
terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan
kegiatanku menghisapi buah dada Santi. Susan
kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman
kembali dengan bergairah.
"Ayo isap susu ik " pintanya sambil menyorongkan
buah dada sebelah kanannya ke mulutku. Tak perlu
dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya
yang kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati
sepuasnya. Susanpun mengerang kenikmatan.
Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian
berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil
mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya
yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh
dengan tubuhnya duduk di atas kemaluanku
menghadap suaminya yang masih berusaha
membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik
tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat
menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang
cantik itu.
"Eh.. Eh.. Eh.." dengus Susan setiap kali aku
menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya.
Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas
buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi
pundaknya yang mulus.
Sementara itu Santi bersimpuh di ujung sofa sambil
meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang
menyetubuhi Susan. Terkadang dikeluarkannya
kemaluanku dari vagina Susan untuk kemudian
dikulumnya. Setelah itu Santi memasukkan kembali
kemaluanku ke dalam liang surga Susan.
Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta
Susan untuk menungging di sofa. Aku ingin
menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia
"doggy-style" sampai kalung berlian dan buah
dadanya yang besar bergoyang-goyang
menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku
dan kusodorkan ke mulut Santi yang dengan lahap
menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat
rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.
"Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That's right.. Aha..
Aha.." begitu erangan Susan menahan rasa nikmat
yang menjalari tubuhnya. Hal itu menambah
suasana erotis di ruangan itu.
Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil
membangunkan senjatanya. Dihampirinya Santi dan
ditariknya menuju sofa yang lain di ruangan itu.
Santipun mau tak mau mengikuti kemauannya.
Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa
menikmati istrinya sedangkan Pak Harry bisa
menikmati "istriku".
Sementara itu, aku masih menggenjot Susan secara
doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yang
berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak
Harry tampak bernafsu sekali menyetubuhi Santi
dengan gaya missionary. Tak beberapa lama
kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah
mencapai orgasme yang kedua kalinya.
Santipun tampak kembali pergi meninggalkan
ruangan. Sementara aku masih menyetubuhi Susan
dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu
kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini
dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah
dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yang
sempit itu.
"Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock.."
Susan terus meracau kenikmatan.
Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit
melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah
hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan
kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali.
Sementara, aku lirik ke arah Pak Harry, dia sedang
memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku.
Kuremas rambut Susan dengan tangan kiriku, dan
aku berkacak pinggang dengan tangan kananku.
Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku
ke mulut Susan. Diapun menelan spermaku itu,
walaupun sebagian menetes mengenai kalung
berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.
"Thanks Robert.. I really enjoyed it" katanya sambil
membersihkan bekas spermaku di dadanya.
"No problem Susan.. I enjoyed it too.. Very much"
balasku.
Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa
saat sambil menikmati desert yang disediakan.
Kamipun berjanji untuk melakukannya lagi dalam
waktu dekat.
Dalam perjalanan pulang, Santi tampak kesal. Dia
diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu
menghiraukannya karena aku sangat puas dengan
pengalamanku tadi. Akupun bersenandung kecil
mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku.
"We're in this love together.."
"Kenapa sih sayang?" tanyaku ketika kami telah
sampai di depan rumahnya.
"Pokoknya Santi nggak mau lagi deh" katanya.
"Habis Santi nggak suka sama Pak Harry. Udah gitu
mainnya cepet banget. Santi nanggung nih."
Akupun tertawa geli mendengarnya.
"Kok ketawa sih Pak Robert.. Ayo.. Tolongin Santi
dong.. Santi belum puas.. Tadi Santi horny banget
lihat bapak sama Susan make love" rengeknya.
"Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya
ada janji sama orang".
"Ah.. Pak Robert jahat.." kata Santi merengut manja.
"Besok khan masih ada sayang" hiburku.
"Tapi janji besok datang ya.." rengeknya lagi saat
keluar dari mobilku.
"OK so pasti deh.. Bye"
Sebenarnya aku tidak ada janji dengan siapa-siapa
lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Santi
setelah dia disetubuhi Pak Harry tadi. Setidak-
tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He..
Mungkin besok pagi saja aku akan menikmatinya
kembali, karena Pak Arief toh masih beberapa hari
lagi di luar negeri.
Kukebut mobilku mengarungi jalan tol di dalam
kota. Semoga saja aku masih dapat melihat film
bagus tayangan HBO di TV nanti.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/5024
U-ON

inc Powered by Xtgem.com